jam digital

Kamis, 27 Desember 2012

Pencitraan negatif kepada HNW


Pencitraan negative oleh media,memang sepintas terlihat kasat mata,namun sebagian orang yang paham akan hal ini jelas nyata-nyata.dan itulah yang terjadi dengan pak HNW menurut pengamatan penulis pada pilgub DKI yang lalu.
Mulai dengan tekhnik penyajian berita, bahkan  sampai pada kesalahan penyiaran, penyampaian berita, yang kalau kita protespasti jawabnya tidak sengaja atau berdalih kesalahan dilapangan semata.

Padahal ada scenario besar dibelakangnnya, yang dilakukan oleh orang-orang yang telah menguasai media tersebut.siapa memihak siapa,siapa yang harus dicitra baikkan, siapa yang harus dicitra negatifkan, semua sudah ada dalam draft misi mereka.
Tulisan ini bukan untuk memprovokasi anda untuk melawan media, sama sekali bukan , karena anda, penulis, bahkan kita saat ini, takkan mampu mengalahkannya.
Namun bermaksud mengajak kita melihat,mengamati, mempelajari pada akhirnya mampu mengantisipasi, trik-trik kotor yang mereka sajikan, terapkan, dalam pencitraan negatif calon terbaik kita.
Cobalah ingat-ingat ketika pilkada DKI Jakarta yang lalu,media mana saja yang melakukan hal ini,mereka memihak ke siapa sedari awalnya,independentkah mereka,trik-trik seperti ini memang makanan mereka sehari-hari, merekakah yang terlalu pintar sehingga kita tak menyadari,ataukah kita yang tak jeli, bahkan malah tak perduli.
Perhatikanlah ketika cuplikan berita kampanya pak HNW dan pasangannya, disajikan kepemirsa tv, cuplikan yang paling sering ditampilkan adalah ketika  pak HNW menyampaikan bahwa beliau punya pengalaman duduk sebagai ketua MPR-RI, tentu sebelunnya ada wartawan yang memancing dengan pertanyaan apa motifasi atau strategi belia maju dalam pilkada DKI, atau dengan pertanyaan sejenisnya.
Selanjutnya yang ditampilakan di tv adalah cuplikannya saja (bukan secara utuh) yakni saaat beliau menyatakan beliau pernah menjadi ketua MPR RI.apakah ada kebohongan dalam pemberitaaan sejauh ini, jawabnya tentu tidak, beliaupun HNW menyatakan kebenaran, dan kita semua tidak dapat membantahnya, kalau memang beliau adalah mantan ketua MPR RI. 
Tapi disinilah inti masalah terjadi, yang tidak kita sadari, pemberitaan yang berulang-ulang dengan isi yang sama, member kesan itu-itu melulu yang disampaikan, yang pada akhirnya kesan yang sampai di masyarakat, beliau adalah termasuk orang  yang suka menyampaikan prestasi beliau semata, ada kesan sombong disitu.
Padahal kita tahu beliau selama ini adalah orang yang alim,tawaduk,rendah hati, pekerja keras, sederhana ( walaupun penulis belum pernah bertemu langsung dengan beliau) dan insyaalloh jauh dari sifat kesombongan.
Namun dengan pemberitaan dengan cara seperti ini masyarakat luas akan berpikir lain terhadap beliau.bagaimana tidak, pagi-pagi tayangannya seperti itu, satu jam kemudian seperti itu lagi, seterusnya siang, sore dan malam isinya tetap sama, walau di tempat yang beda tapi yang diucapkan tetap sama. 


Beda sekali dengan tetangga sebelah, yang masuk putaran kedua,pencitraan baiknya luar biasa, yang disorot media, ketika berkunjung turun langsung kemasyarakat, menyalami masyarakat kelas bawah, silaturahmi kesana-sini,sehingga tidak membosankan pemirsa yang menonton, kesannya penuh inovasi, cuplikanyang disampaikan selalu silih berganti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar