jam digital

Selasa, 30 Oktober 2012

Mata uang dinar & dirham


Keuntungan menggunakan Dinar dan Dirham

Keuntungan utama adalah kembali menunaikan Muamalat, dan membayar Zakat, sesuai dengan Syariah dan Sunnah dan menggunakan alat tukar yang halal. Harta Anda juga akan terselamatkan dari gerogotan inflasi. Ketika nilai tukar mata uang kertas Anda terus merosot, nilai Dinar emas Anda akan terus meningkat.
 Pada 2003 (per Oktober) nilai tukar Dinar adalah Rp 450.000,
2004 jadi Rp 540.000,
 2005 jadi Rp 652.000,
 2006 jadi Rp 785.000,
2007 jadi Rp 947.000,
 2008 jadi Rp 1.200.000.
2012 (oktober) jadi Rp 2.300.000,
 Dinar emas mengalami apreasiasi sekitar 25% pertahun.

TEguh kan HAti


Jangan hendaknya keingingan untuk menang,......
 menyebabkan kita bertingkah pragmatis seperti orang yang plinplan........
dengan paradigmanya ”
If You Can’t Beat Them, You Join Them....
”.........

 (jika kamu tidak sanggup mengalahkan mereka, bergabunglah kamu dengan mereka)........

yang benar ajalah,.....mana harga diri kita,......malu-maluin ajjaa,.........!!

dari buku fitnah medis moderen,...by ahmad thomson




Nabi Muhammad pernah menerima kiriman abat-obatan mahal dari Mesir. Beliau mengembalikannya beserta sebuah pesan yang menyatakan bahwa cara hidup beliau adalah obat dan pengobatan yang terbaik. Begitu sempurnanya keseimbangan hidup beliau, sehingga beliau hanya pernah menderita sakit ketika ada yang berusaha meracuni makanan beliau atau berusaha menyihir beliau. Nabi Muhammad saw bersabda bahwa bila hati baik maka seluruh tubuh akan baik, dan bila hati rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh.”


Di samping itu kita juga tahu bahwa bentuk pengobatan cara Nabi ialah mengkonsumsi zat-zat natural dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan (herbal) seperti habbatus-sauda (jintan hitam) atau aneka madu serta hijamah (berbekam). Sangat kontras dengan medis modern yang mengandalkan obat-obatan kimiawi yang banyak mengandung side-effects yang sangat berpotensi merusak ginjal, lever dan pada akhirnya jantung. 


Mindset umat manusia sangat diarahkan untuk bergantung kepada sistem medis modern. Sedikit- sedikit pergi ke dokter manakala sakit. Sedikit-sedikit minum obat analgesik begitu pusing atau demam. Pada saat yang bersamaan para pekerja medis modern itu telah di-brain-wash untuk memandang sebelah mata akan Thibbun-Nabawy(sistem pengobatan ala Rasulullah).

 Para dokter ditanamkan kecurigaan dan kesangsian mereka akan praktek berbekam ala Nabi, misalnya. Kalaulah yang ragu dan sangsi dari kalangan dokter non-muslim kita masih bisa maklumi. Tapi yang jadi masalah disini ialah keraguan yang muncul dari para dokter muslim bahkan sering hadir di pengajian...! Sungguh dahsyat rangkaian fitnah yang merebak sebelum datangnya puncak fitnah, yakni Dajjal.


Benner iatca


RKT PPNPI


Minggu, 28 Oktober 2012

Mustinya kita tak Bersedih


Betapa banyak bencana yang menimpa manusia. Yang kesemuanya berakhir dengan tangisan dan penderitaan. Ada yang kehilangan seluruh anggota keluarganya; kehilangan harta bendanya; terampas kekuasaannya; terusir dari negerinya; belum mendapatkan pendamping hidup. Semua ujian dan cobaan, kecil atau besar, sudah pasti datang tanpa perlu diminta. Sebelum ia datang menemui kita, sudah seharusnya kita menguatkan diri agar tidak terjungkal karenanya. Apalagi ketika menghadapi ujian yang sangat kecil, kita tidak mungkin kalah olehnya!
Namun, secepat ia datang, secepat pula ia pergi. Ujian dan cobaan sudah pasti pula akan segera berlalu. Seperti berlalunya malam dan datangnya fajar kebahagiaan. Atau seperti tamu yang numpang lewat sesaat. Atau seperti keadaan dunia, tempat persinggahan sementara ini. Sebuah tempat yang sudah pasti akan hancur binasa, dalam waktu dekat. Namun anehnya, banyak orang yang menangisi dunia ini, sementara tempat tinggal abadi kelak, tidak kita tangisi karena kita tidak tahu akan ke mana.
Airmata yang jatuh karena masalah-masalah duniawi hanyalah kesia-siaan belaka. Dia tidak memberikan apa-apa bagi ketenangan jiwa. Karena, dunia ini adalah tempat yang sangat rapuh untuk dijadikan tempat bersandar. Kita sering bersedih karena terlewatkan menonton acara TV kegemaran kita, tetapi kita tidak bersedih dengan terlambatnya kita dari shalat fardhu berjamaah. Kita sering bersedih karena waktu malam tidak diisi dengan pelbagai hiburan, canda tawa dan pembicaraan yang tiada berarti, tetapi kita tidak bersedih dengan malam yang tidak diisi dengan qiyamul lail. Kita bersedih karena sahabat kita mendapat kebahagiaan, sedangkan ketika kita mendapat kebahagiaan, kita mencibir teman yang sedang mendapat kemalangan. Oh, tidakkah kita telah banyak menumpuk kesedihan dalam hati kita?
Sedangkan bagi para wali-wali Allah, yang mereka sedihkan adalah urusan-urusan akhirat. Mereka sedih apabila di malam hari mereka tidak mengerjakan qiyamul lail. Mereka sedih apabila tidak mampu bersedekah, padahal mereka tidak punya kemampuan untuk itu. Mereka sedih apabila tidak shalat fardhu berjamaah. Mereka sedih ketika melakukan dosa, sekalipun dosa itu sangat ringan. Mereka menangis dikeheningan malam, memohon kepada-Nya, mengharap bantuan-Nya, pasrah kepada-Nya. Mereka merasa bahagia bersama Allah. Hati mereka selalu terhibur walau dalam keadaan sepi. Titik pusat perhatian mereka adalah akhirat. Mereka tidak mendengki dengan kenikmatan yang diperoleh orang lain. Hati mereka sabar. Jiwa mereka penuh ketulusan dan kekhusyuan. Bagi mereka, ujian dan cobaan adalah satu syarat untuk meninggikan derajat keimanan mereka. Mereka juga memandang, bencana-bencana itu tidak seberapa dibanding dengan bencana-bencana yang akan mereka terima kelak apabila mereka tidak bersabar dan banyak berkeluh kesah.
Salah seorang ulama tabi'in berkata, "Sejak empat puluh tahun yang lalu, saya tidak pernah bersedih karena sesuatu, sebagaimana kesedihanku lantaran fajar telah terbit." Simaklah pernyataan itu wahai sahabatku, tidaklah mereka bersedih karena hal-hal duniawi. Yang mereka sedihkan adalah berlalunya waktu di mana mereka merasa asyik berduaan dengan-Nya. Bandingkan dengan diri kita yang kerap bersedih karena hal-hal duniawi. Merenunglah! Mungkin karena hal itulah kita tidak pernah tidur dengan tenang, jiwa kita senantiasa resah dan gelisah, boleh jadi kita lebih mencintai dunia yang fana ini daripada akhirat yang kekal abadi.
Sahabatku, tidak ada jalan bagimu kecuali beriman dan bertakwa. Karena itulah sebaik-baik bekal perjalanan. Saat awan mendung membalut hatimu, kelak Allah akan memberikan cahaya mentari yang menyejukkan. Saat dadamu terasa kering karena kerasnya ujian, Allah akan menurunkan hujan rahmat ke dalam hatimu. Jika engkau beriman dan bertakwa, Allah akan menerima setiap amalmu, Allah akan membimbingmu hingga masa akhirmu. Allah tidak akan menyia-nyiakan setiap detik yang telah engkau persembahkan untuk negeri akhirat.....iya kan....terus mengapa harus bersedih....delet tu bersedih...........................(ngomong emang gampang, prakteknya yang berat),.....ya ALLOH kuat kanlah hati  ini......