Pencitraan negative oleh media,memang sepintas
terlihat kasat mata,namun sebagian orang yang paham akan hal ini jelas
nyata-nyata.dan itulah yang terjadi dengan pak HNW menurut pengamatan penulis
pada pilgub DKI yang lalu.
Mulai dengan tekhnik penyajian berita, bahkan sampai pada kesalahan penyiaran, penyampaian
berita, yang kalau kita protespasti jawabnya tidak sengaja atau berdalih
kesalahan dilapangan semata.
Padahal ada scenario besar dibelakangnnya, yang
dilakukan oleh orang-orang yang telah menguasai media tersebut.siapa memihak
siapa,siapa yang harus dicitra baikkan, siapa yang harus dicitra negatifkan,
semua sudah ada dalam draft misi mereka.
Tulisan ini bukan untuk memprovokasi anda untuk
melawan media, sama sekali bukan , karena anda, penulis, bahkan kita saat ini,
takkan mampu mengalahkannya.
Namun bermaksud mengajak kita melihat,mengamati,
mempelajari pada akhirnya mampu mengantisipasi, trik-trik kotor yang mereka
sajikan, terapkan, dalam pencitraan negatif calon terbaik kita.
Cobalah ingat-ingat ketika pilkada DKI Jakarta yang
lalu,media mana saja yang melakukan hal ini,mereka memihak ke siapa sedari
awalnya,independentkah mereka,trik-trik seperti ini memang makanan mereka
sehari-hari, merekakah yang terlalu pintar sehingga kita tak menyadari,ataukah
kita yang tak jeli, bahkan malah tak perduli.
Perhatikanlah ketika cuplikan berita kampanya pak HNW
dan pasangannya, disajikan kepemirsa tv, cuplikan yang paling sering ditampilkan
adalah ketika pak HNW menyampaikan bahwa
beliau punya pengalaman duduk sebagai ketua MPR-RI, tentu sebelunnya ada wartawan
yang memancing dengan pertanyaan apa motifasi atau strategi belia maju dalam pilkada
DKI, atau dengan pertanyaan sejenisnya.
Selanjutnya yang ditampilakan di tv adalah cuplikannya
saja (bukan secara utuh) yakni saaat beliau menyatakan beliau pernah menjadi
ketua MPR RI.apakah ada kebohongan dalam pemberitaaan sejauh ini, jawabnya tentu
tidak, beliaupun HNW menyatakan kebenaran, dan kita semua tidak dapat
membantahnya, kalau memang beliau adalah mantan ketua MPR RI.
Tapi disinilah inti masalah terjadi, yang tidak kita
sadari, pemberitaan yang berulang-ulang dengan isi yang sama, member kesan
itu-itu melulu yang disampaikan, yang pada akhirnya kesan yang sampai di
masyarakat, beliau adalah termasuk orang
yang suka menyampaikan prestasi beliau semata, ada kesan sombong disitu.
Padahal kita tahu beliau selama ini adalah orang yang
alim,tawaduk,rendah hati, pekerja keras, sederhana ( walaupun penulis belum
pernah bertemu langsung dengan beliau) dan insyaalloh jauh dari sifat
kesombongan.
Namun dengan pemberitaan dengan cara seperti ini
masyarakat luas akan berpikir lain terhadap beliau.bagaimana tidak, pagi-pagi
tayangannya seperti itu, satu jam kemudian seperti itu lagi, seterusnya siang,
sore dan malam isinya tetap sama, walau di tempat yang beda tapi yang diucapkan
tetap sama.
Beda sekali dengan tetangga sebelah, yang masuk
putaran kedua,pencitraan baiknya luar biasa, yang disorot media, ketika
berkunjung turun langsung kemasyarakat, menyalami masyarakat kelas bawah,
silaturahmi kesana-sini,sehingga tidak membosankan pemirsa yang menonton,
kesannya penuh inovasi, cuplikanyang disampaikan selalu silih berganti.