Kita selama
ini mendapatkan informasi bahwa Rasulullah SAW telah melamar Aisyah RA ketika
berumur 6 tahun dan berumah tangga ketika berusia 9 tahun .
apa benar
infomasi itu?
Nah, untuk
menjawab pertanyaan benar atau tidak masalah ini, melalui studi kritis terhadap
hadits, Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi menemukan informasi baru.
Dalam bukunya Umur Aesyah , ternyata ada berita baru yang lebih masuk akal dan
bisa diterima logika. Rasulullah SAW berumah tangga dengan Aisyah RA saat
Aisyah RA berusia 19 tahun.
Jadi,
bagaimana cerita runtutnya?!
Maulana
Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi adalah seorang ahli hadits dari India. Ia
lahir tahun 1924 M, putera ulama hadits terkenal Mufti Isyfaq Rahman. Ayahnya
ini pernah jadi mufti besar Bhopal India.
Adapun yang
menjadi dasar kesimpulan tersebut adalah riwayat yang menunjukkan beda usia
Aisyah RA dengan kakaknya Asma, sekitar 10 tahun. Riwayat ini ada di kitab
Siyar A’lamal Nubala karangan Al Zahabi . Sedangkan Asma meninggal di usia 100
tahun pada tahun 73 H (diriwayatkan Ibnu Kathir dan Ibnu Hajar). Artinya, Asma
lahir tahun 27 Sebelum Hijrah dan Aisyah lahir tahun 17 Sebelum Hijrah.
Sementara itu, para ahli sejarah sepakat bahwa pernikahan Rasulullah SAW dengan Aisyah RA, terjadi pada sekitar tahun 2 H. Berarti Aisyah RA berumah tangga dengan Rasulullah SAW pada usia 19 tahun.
Sementara itu, para ahli sejarah sepakat bahwa pernikahan Rasulullah SAW dengan Aisyah RA, terjadi pada sekitar tahun 2 H. Berarti Aisyah RA berumah tangga dengan Rasulullah SAW pada usia 19 tahun.
Mudah-mudahan
dengan berita ini, tidak ada lagi berita-berita miring yang dialamatkan kepada
Rasulullah SAW atas pernikahannya dengan Siti Aisyah . Kalau umur 19 tahun di
masa itu, sepertinya sudah layak dianggap dewasa. Secara emosional dan
psikologis , umur 19 tahun juga sudah bukan umur anak-anak lagi.
Catatan
: Sebagai tambahan dalil…
1. Siti
Aisyah Ra . berkata :
“Saya
seorang gadis muda (jariyah dalam bahasa arab)” ketika Surah Al-Qamar
diturunkan (Sahih Bukhari, kitabu’l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu
Maw`iduhum wa’l-sa`atu adha’ wa amarr)…
Untuk
dipahami, gadis muda (jariah) , adalah mereka yang telah berusia antara 6-13
tahun .
Jika Surat
al Qamar , diturunkan pada tahun ke 8 (delapan) sebelum hijriyah ( The
Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985 ), berarti usia Aisyah ra. saat menikah
antara 16-23 tahun …
Syekh
Muhammad Sayyid At-Thanthawy berpendapat, Surat al Qamar diturunkan
pada tahun ke 5 (lima) sebelum hijriah . Jikapun pendapat ini, kita
jadikan patokan (dasar) , maka akan diperoleh keterangan usia
Aisyah ra. saat beliau menikah, antara 13-20 tahun
…
2.
Berdasarkan Sirah An-Nabawiyah (Ibnu Hisyam, 1/245-262.), dakwah
secara siriyyah , yang dilakukan Rasulullah sekitar kurang
lebih 3 tahun dan sampai orang Islam berjumlah 40 orang .
Sejarah mencatat, Aisyah Ra . adalah orang ke-19 yang
menerima Islam, ini berarti beliau masuk Islam pada masa dakwah
disampaikan secara siriyyah (sembunyi-sembunyi).
Jika
Aisyah Ra. pada tahun 2H saat ia menikah, baru berumur
9 tahun . Maka di masa dakwah secara siriyyah , berdasarkan
perhitungan tahun , kemungkinan beliau belum lahir .
Bagaimana
anak yang belum lahir, bisa bersyahadat ?
3. Mari kita
pahami hadits berikut :
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah
menceritakan kepada kami Al Laits dari ‘Uqail berkata, Ibnu Syihab maka dia
mengabarkan keada saya ‘Urwah bin Az Zubair bahwa ‘Aisyah radliallahu ‘anha
isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata; “Aku belum lagi baligh ketika
bapakku sudah memeluk Islam”. Dan berkata, Abu Shalih telah menceritakan kepada
saya ‘Abdullah dari Yunus dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepada saya
‘Urwah bin Az Zubair bahwa ‘Aisyah radliallahu ‘anha berkata; “Aku belum
lagi baligh ketika bapakku sudah memeluk Islam dan tidak berlalu satu
haripun melainkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang menemui kami
di sepanjang hari baik pagi ataupun petang. Ketika Kaum Muslimin mendapat
ujian, Abu Bakar keluar berhijrah menuju Habasyah (Ethiopia) hingga ketika
sampai di Barkal Ghomad dia didatangi oleh Ibnu Ad-Daghinah seorang kepala suku
seraya berkata; “Kamu hendak kemana, wahai Abu Bakar?” Maka Abu Bakar menjawab:
“Kaumku telah mengusirku maka aku ingin keliling dunia agar aku bisa beribadah
kepada Tuhanku”. Ibnu Ad-Daghinah berkata: “Seharusnya orang seperti anda tidak
patut keluar dan tidap patut pula diusir karena anda termasuk orang yang
bekerja untuk mereka yang tidak berpunya, menyambung silaturahim, menanggung
orang-orang yang lemah, menjamu tamu dan selalu menolong di jalan kebenaran.
Maka aku akan menjadi pelindung anda untuk itu kembalilah dan sembahlah
Tuhanmudi negeri kelahiranmu. Maka Ibnu Ad-Daghinah bersiap-siap dan kembali
bersama Abu Bakar lalu berjalan di hadapan Kafir Quraisy seraya berkata, kepada
mereka: “Sesungguhnya orang sepeti Abu Bakar tidak patut keluar dan tidak patut
pula diusir. Apakah kalian mengusir orang yang suka bekerja untuk mereka yang
tidak berpunya, menyambung silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah,
menjamu tamu dan selalu menolong di jalan kebenaran?” Akhirnya orang-orang
Quraisy menerima perlindungan Ibnu Ad-Daghinah dan mereka memberikan keamanan
kepada Abu Bakar lalu berkata, kepada Ibnu Ad-Daghinah: “Perintahkanlah Abu
Bakar agar beribadah menyembah Tuhannya di rumahnya saja dan shalat serta
membaca Al Qur’an sesukanya dan dia jangan mengganggu kami dengan kegiatannya
itu dan jangan mengeraskannya karena kami telah khawatir akan menimbulkan
fitnah terhadap anak-anak dan isteri-isteri kami”. Maka Ibnu Ad-Daghinah
menyampaikan hal ini kepada Abu Bakar. Maka Abu Bakar mulai beribadah di
rumahnya dan tidak mengeraskan shalat bacaan Al Qur’an diluar rumahnya.
Kemudian AbuBakar membangun tempat shalat di halaman rumahnya sedikit melebar
keluar dimana dia shalat disana dan membaca Al Qur’an. Lalu istrei-isteri dan
anak-anak Kaum Musyrikin berkumpul disana dengan penuh keheranan dan menanti
selesainya Abu Bakar beribadah. Dan sebagaimana diketahui Abu Bakar adalah
seorang yang suka menangis yang tidak sanggup menahan air matanya ketika
membaca Al Qur’an. Maka kemudian kagetlah para pembesar Quraisy dari kalangan
Musyrikin yang akhirnya mereka memanggil Ibnu Ad-Daghinah ke hadapan mereka dan
berkata, kepadanya: “Sesungguhnya kami telah memberikan perlindungan kepada Abu
Bakr agar dia mberibadah di rumahnya namun dia melanggar hal tersebut dengan
membangun tempat shalat di halaman rumahnya serta mengeraskan shalat dan bacaan
padahal kami khawatir hal itu akan dapat mempengaruhi isteri-isteri dan
anak-anak kami dan ternyata benar-benar terjadi. Jika dia suka untuk tetap
beribadah di rumahnya silakan namun jika dia menolak dan tetap menampakkan
ibadahnya itu mintalah kepadanya agar dia mengembalikan perlindungan anda
karena kami tidak suka bila kamu melanggar perjanjian dan kami tidak setuju
bersepakat dengan Abu Bakar”. Berkata, ‘Aisyah radliallahu ‘anha: Maka Ibnu
Ad-Daghinah menemui Abu Bakar dan berkata: “Kamu telah mengetahui perjanjian
yang kamu buat, maka apakah kamu tetap memeliharanya atau mengembalikan
perlindunganku kepadaku karena aku tidak suka bila orang-orang Arab mendengar
bahwa aku telah melanggar perjanjian hanya karena seseorang yang telah aku
berjanji kepadanya”. Maka Abu Bakar berkata: “Aku kembalikan jaminanmu kepadamu
dan aku ridho hanya dengan perlindungan Allah dan RasulNya shallallahu ‘alaihi
wasallam. Kejadian ini adalah di Makkah. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Sungguh aku telah ditampakkan negeri tempat hijrah kalian
dan aku melihat negeri yang subur ditumbuhi dengan pepohonan kurma diantara dua
bukit yang kokoh. Maka berhijrahlah orang yang berhijrah menuju Madinah ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkanhal itu. Dan kembali pula
berdatangan ke Madinah sebagian dari mereka yang pernah hijrah ke Habasyah
sementara Abu Bakar telah bersiap-siap pula untuk berhijrah. Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, kepadanya: “Janganlah kamu tergesa-gesa
karena aku berharap aku akan diizinkan (untuk berhijrah) “. Abu Bakar berkata:
“Sungguh demi bapakku tanggungannya, apakah benar Tuan mengharapkan itu?”
Beliau bersabda: “Ya benar”. Maka Abu Bakar berharap dalam dirinya bahwa dia
benar-benar dapat mendampingi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
berhijrah. Maka dia memberi makan dua hewan tunggangan yang dimilikinya dengan
dedaunan Samur selama empat bulan.
English
Version : Bukhari, Book 37: Transferance of a Debt from One Person to Another
(Al-Hawaala). Volume 3, Book 37, Number 494 1. 2.
Perhatikan
tulisan yang dicetak tebal, pada hadits di atas
‘Aisyah
radliallahu ‘anha berkata; “Aku belum lagi baligh ketika bapakku sudah memeluk
Islam
Hal ini
bermakna ketika Abu Bakar ra. masuk Islam, Aisyah ra. sudah lahir.
Berdasarkan catatan sejarah, Abu Bakar ra. masuk Islam pada tahun-1 Kenabian
(tahun ke-10 Sebelum Hijriah) . Dan jika pada saat itu Aisyah ra. telah berusia
7-8 tahun , maka saat beliau berumah tangga dengan Rasulullah , Aisyah ra .
telah berusia 19-20 tahun .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar