Oleh.
Muhafsy (anggota IATCA)
Adalah
sebuah kenyataan yang tak bisa kita pungkiri, bahwa setelah lahirnya
LPPNPI, atc Indonesia telah terpolarisasi sedemikian rupa, terkotak-kotak,
terbagi-bagi menjadi bagian tersendiri, keadaan ini jelas tidak baik bagi
kita semua, dan juga bertentangan dengan semangat kebersamaan yang telah kita
bangun selama ini.namun apa mau dikata inilah kenyataan yang terjadi sekarang ini. Kami mencoba untuk mengelompokkanya
dalam tiga kelompok besar, bukan berarti ingin mengkotak kotakkan, hanya saja
ini mungkin dapat sedikit memberi gambaran riil dari apa yang tengah terjadi
pada kita. Dan tentu saja hal ini masih bisa kita perdebatkan, namun sebagai
langkah awal untuk memahami kami rasa ini sudah cukup relevan.
Kelompok
yang pertama. kelompok ini adalah kelompok yang diuntungkan langsung dengan lahirnya LPPNPI
ini. Mereka yang tergabung dalam kelompok ini adalah para senior dilingkungan
tempat mereka bekerja selama ini. Mereka dengan serta merta dapat menduduki
jabatan structural dengan gampang dan mudahnya, karena kesenioran mereka
tersebut. Well….menurut kami tak masalah sih…mungkin sudah saatnya, mungkin
sudah waktunya,…..mungkin yang perlu digaris bawahi disini adalah junior-junior
mereka yang dibawah sangat dan amat berharap mereka menjadi perpanjangan lisan
dalam meyuarakan apa yang diharapkan, dan junior-junior mereka berharap dapat
kecipratan perubahan pula, seperti apa yang dirasakan oleh senior mereka yang
telah duduk di kursi empuk jabatan structural.
Namun sayang
beribu kali sayang, harapan tinggallah harapan. Sebagian kecil dari mereka lebih
bersikap defensive dan cenderung mempertahankan status quo semata. Ini sangat
disayangkan sekali, bukannya mereka tidak paham keinginan para junior mereka,
sebaliknya mereka sangat paham sekali, bukankah mereka dulunya juga sangat
berharap perubahan seperti apa yang diharapkan para junior mereka saat sekarang
ini bahkan ada diantara mereka dulunya sangat vocal dan berada digaris depan
dalam menuntut perubahan tersebut. Ya itu dulu… lain dulu lain sekarang, kalau
ditanya mengapa berubah…mungkin mereka akan menjawab “ kami bersikap hati-hati“
(bahasa lain dari cari aman) hmm….
Kelompok yang kedua. Adapun
mereka yang termasuk dalam kelompok yang kedua ini adalah mereka yang selama
ini telah berprinsip seperti pepatah “ if you can’t beet them, you join them”
jika kamu tidak mampu mengalahkan mereka ya sudah bergabung saja sama mereka.
Sesungguhnya
sah-sah saja bagi mereka untuk bersikap seperti itu, apalagi kalo ini digunakan
dalam rangka berstrategi, untuk kepentingan bersama yang lebih besar, tentu ini
sangat baik.Namun sayang sebagian kecil dari mereka ( catat sebagian kecil)
malah lupa denga tujuan awalnya, mereka yang tadinya beridealisme tinggi,
menjadi panutan rekan-rekan serta juniornya kini larut dalam kerennya sebutan
dan panggilan “Pak maneger”.
Dikelompok
ini kita juga tergabung mereka yang berprinsip, mumpung ada kesempatan dan juga
mereka yang berprinsip kalo tidak sekarang kapan lagi, macam-macam isinya
kelompok yang kedua ini, ada yang dengan suka rela menawarkan diri, begitu ia
dapat informasi bahwa dibutuhkan seseorang untuk mengisi jabatan tertentu maka
ia sampaikan langsung ataupun melalui perantara, baik dengan bahasa yang lugas
maupun dengan isyarat, bahwa ia menginginkan jabatan tersebut, baik melalui
pintu depan atau pintu belakang, baik melalui jendela atau ventilasi ( yang
terakhir ini tikus kali…). Intinya apapun akan ia lakukan dfemi untuk mendapat
jawaban “ ya’ dari orang yang sakti tanda tangannya.
Kelompok
ketiga, dikelompok ketiga inilah berisikan orang-orang yang beridealisme
tinggi, mentor-mentor yang bertanggung jawab, para senior yang betul-betul
merakyat, tak sedetikpun mereka membiarkan para pelaksana dan junior mereka
berjuang sendiri. Duh.. senangnnya berada dikelompok ini, hitung-hitungan kami
mereka yang berada di kelompok ini lebih dari 80 % dari jumlah keseluruhan atc
di Indonesia ini, jadi jangan ada yang beranggapan mereka ini kelompok kecil,
sebaliknya kalau di ibaratkan kereta api gerbong mereka ini sungguh sangat
panjang sekali.
Namun
sayangnya kelompok ketiga ini sering disebut dengan istilah “Barisan sakit
hati” oleh mereka yang berada dikelompok pertama dan mereka yang ada dikelopok
kedua. Istilah barisan sakit hati sebenarnya tidaklah tepat bagi mereka yang
ada dikelompok ketiga ini. Namun istilah ini sering dipakai untuk
menjastivikasi seolah-olah mereka yang ada dikelompok ketiga dalam posisi yang
salah ( iri hati). Padahal semua juga tahu mereka inilah yang terzolimi,
diperlakukan tidak adil, mereka inilah yang dikebiri, hak-haknya, mereka inilah
yang hanya bisa kesal dan bungkam, meratapi kebijakan yang dibuat tak mau
berpihak pada mereka.
Dan hari ini kita lihat sendiri, mereka menetapkan remun semaunya, masa' kita-kita yang atc pelaksana menerima lebih rendah dari para staff yang ada di kantor pusat sana, belum lagi TLR yang dihapus....bahasa mereka, TLR sudah digabung dalam remun tersebut,.......jelas ini cuma permainan angka-angka, alias tipu-tipu, sebenarnya kenaikannya tak seberapa.....bandingkan dengan mereka....luar biasa!
Dan hari ini kita lihat sendiri, mereka menetapkan remun semaunya, masa' kita-kita yang atc pelaksana menerima lebih rendah dari para staff yang ada di kantor pusat sana, belum lagi TLR yang dihapus....bahasa mereka, TLR sudah digabung dalam remun tersebut,.......jelas ini cuma permainan angka-angka, alias tipu-tipu, sebenarnya kenaikannya tak seberapa.....bandingkan dengan mereka....luar biasa!